SMP Satu Atap Tidak Berfungsi

SMP Satu Atap Tidak Berfungsi

\"\"TALANG EMPAT, BE- Hampir seluruh SMPN berstatus satu atap di Bengkulu Tengah masih belum berfungsi maksimal. Sebagai mana tujuan awal didirikannya SMPN satu atap tersebut untuk mensukseskan program pendidikan dasar 9 tahun. Namun, alih-alih sekolah itu dimanfaatkan, sekolah tersebut jutru tidak diminati siswa didik. Ditengarai penyebabnya, sekolah satu atap tidak memberikan alternatif pengajaran yang menarik, sehingga suasana belajar alih jenjang dari SD ke SMP tidak berubah alias itu-itu saja.

Kondisi ini dibenarkan Sekretaris PGRI Benteng, Supriyanto, SPd. Dia menandaskan manajemen sekolah SMP N satu atap belum memberikan terobosan atau konsep pendidikan yang terstandar.

Banyak siswa alumni SD tidak mau melanjutkan ke SMPN satu atap lantaran tidak ada pembaaruan yang ditawarkan pihak sekolah.\"Memang benar itu, kebanyakan siswa didik enggan belajar ke SMPN Terpadu karena mereka merasa tidak ada pengembangan yang ditawarkan sekolah, di samping itu suasana sekolah pun monoton dan siswa memilih mencari sekolah lain,\" ujar Supriyanto.

Dia menceritakan, di SMPN Satu Atap masih banyak yang kekurangan murid. Malah justru lebih banyak guru ketimbang murid. Bahkan ada SMPN Terpadu Satu Atap yang tidak ada murid sama sekali.

\"Ini justru aneh di saat tanggungjawab pendidikan untuk menuntaskan pendidikan dasar 9 tahun, dan disiapkan sekolah terpadu agar siswa mudah sekolah, justru tidak dimanfaatkan, bahkan di tinggalkan. Ada yang salah di sini, jelas bahwa sekolah tidak menawarkan sesuatu yang menarik di sekolah, atau biasa-biasa saja, sebab itu di sini pihak sekolah harus mengembangkan visi dan konsep yang jelas agar sekolah itu bisa dimanfaatkan peserta didik lebih lanjut,\" kata Supriyanto.

Dia mencontohkan, SMPN 2 Karang Tinggi di Desa Karang Nanding, jumlah gurunya ada 20 orang sedang muridnya 10 orang. Ini janggal. SMPN 5 Kota Niur, SMPN 4 Pematang Tiga dan masih banyak lagi. Atas kenyataan itu, kepada manajemen SMPN Terpadu diharapkan proaktif di dalam mengembangkan sekolah.

Ilot (56), salah seorang wali murid di Desa Tanjung Raman mengungkapkan anaknya tidak mau melanjutkan ke SMPN Terpadu di desa itu karena anaknya merasa jenuh tidak ada tambahan ilmu dan pergaulan bila terus melanjutkan ke SMPN Terpadu. Sebab itu, setelah setahun sekolah di SMPN Terpadu di desa itu, anaknya pun mengundurkan diri dan pindah ke SMPN 1 Taba Penanjung.

Meski harus melewati rute jalan yang rusak dan menambah ongkos untuk sampai ke sekolah itu. \"Saya tanya kenapa gak mau (sekolah di SMPN Terpadu), anak saya bilang bosan suasana sekolahnya itu-itu saja, ilmu tidak tambah, dia ingin nambah pergaulan,\" kata Ilot.(122)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: